Kamis, Januari 31, 2019
Modal usaha ,saham dan investor
Kita sudah terlanjur kagum pada Nadiem Makarim. Tapi tiba tiba dikejutkan dengan kenyataan kalau saham Nadiem Makarim di Gojek hanya 5%. Sisanya punya investor asing.
Bos Tokopedia, William Tanuwijaya, juga Cuma pegang 5 persen Saham. Demikian juga, Ahmad Zakki, founder Bukalapak.
Chairul Tanjung mengungkap fakta diatas dalam sebuah acara, dengan pesan: Jangan terlalu kagum dengan anak anak muda itu.
Trus bagaimana ceritanya Nadiem Makarim yang penggagas, founder dan pengendali jalannya Gojek bisa kehilangan 95% sahamnya?.
Kira kira begini simulasi sederhananya:
Gojek awalnya adalah sebuah Start Up. Karna tidak punya modal yang cukup untuk membesarkan usaha, Gojek mencari investor. Dapat. Bertemu dengan Investor yang bersedia menyuntikkan dana. Kita sebut Investor I.
Dari hitung2an, disepakati valuasi Gojek, anggaplah Rp 100 M. 100 persen milik Nadiem Makarim.
Investor I kemudian suntik dana Rp 100 M. Valuasi jadi Rp 200 M. Saham Nadiem
Makarim menyusut jadi 50%. Sementara yang 50% lagi milik investor I.
Dengan suntikan modal investor itu, perusahaan semakin besar.
Kemudian ada investor lagi. Mari hitung - hitungan lagi. Anggaplah Valuasi disepakati jadi Rp 1 trilyun. Dengan kompisisi 50% Nadiem Makarim, 50% investor I. Berati, dari modal yang dia suntik Rp 100 Milyar, investor I ikut menikmati kenaikan valuasi yang jadi 1 trilyun, sehingga nilai sahamnya di Gojek jadi Rp 500 M.
Investor II suntik modal Rp 1 trilyun. Valuasi jadi Rp 2 trilyun. Komposisi saham berubah. Saham Nadiem Makarim menyusut 25%. Investor I 25 %. Investor II 50%.
Demikian seterusnya. Tiap kali ada investor menyuntikkan modal, saham Nadiem Makarim menyusut. Sampai seperti sekarang saham Nadiem Makarim jadi cuma 5 persen.
Mengapa Nadiem Makarim rela sahamnya jadi menyusut?.
Karena mau tidak mau ia harus menggandeng investor. Agar usaha membesar, harus jadi pemain besar. Harus menguasai pasar. Kalau bisa jadi 'single supplier' untuk layanan yang dijualnya. Dan untuk itu perlu dana besar. Karena modal sendiri tidak cukup, ya harus mengajukan proposal ke investor.
Tapi apa Nadiem Makarim Rugi?. Valuasi Rp 100 M Gojek pada investasi dengan Investor I, itu sudah memperhitungkan royalti Nadiem Makarim sebagai penggagas/Inventor dan upayanya dalam membesarkan Gojek sampai di titik itu.
Posisi terakhir, Saham Nadiem memang menyusut. Jadi 5%. Tapi valuasi Gojek bertambah. Sekarang sekitar Rp 75 Trilyun. Jadi 5%-nya sekitar Rp 3.75 Trilyun. Jauh lebih besar dari saham 100% saat valuasi Rp 100 M.
Jadi jangan buru buru mencabut kekaguman pada Nadiem Makarim dan para 'emerging player' muda itu. Memang demikianlah seharusnya kalau usaha mau jadi besar dan mengglobal. Di Amazon, saham Jeff Besozz juga cuma 10%. Itu sudah membuatnya jadi orang terkaya dunia. Hal yang tidak memungkinkan terjadi jika tidak menggandeng investor.
Dari sisi investor, juga bukan pertimbangan mudah menyuntikkan dana, mereka sudah memperhitungkan. Resikonya juga besar. Karena kalau perusahaan bangkrut, investasinya gak akan kembali alias hangus. Jadi wajar saja ketika perusahaan jaya, dia berhak menikmati kenaikan valuasi perusahaannya.
Jack Ma founder Alibaba juga sahamnya minoritas. Ada cerita, saat mulai merintis, sebelum berhubungan dengan investor besar, dia ajukan proposal ke teman teman dekatnya agar ikut sharing modal awal.
Ada temannya yang mau. Ada banyak yang tidak mau. Mereka tidak mau karna berpikir project Jack Ma tidak prospek. Jika project bangkrut, modal akan hangus.
Denga me-raksasa-nya Alibaba, yang tidak mau ini pasti menyesal sekarang.
Sementara yang mau pasti sudah memetik buahnya. Karna share sekecil apapun di awal, pasti dan harus diperhitungkan.
Tapi Itu kalau Jack Ma orang fair. Kalau Jack Ma gak fair, bisa saja dia akan ber-akting seperti Sule di komedi TV, pura pura lupa skenario: “ Lho kemarin you kan cuma titip uang. Ini saya kembalikan, plus saya tambah keuntungan...”
Begini ini banyak terjadi...,
sumber: viral di WA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar