Selasa, Juni 01, 2004

Alam Semesta sebagai Hologram

> > Alam Semesta sebagai Hologram
> >
> > Pada tahun 1982 terjadi suatu peristiwa yang menarik. Di
> > Universitas Paris, sebuah tim peneliti dipimpin oleh Alain
> > Aspect melakukan suatu eksperimen yang mungkin merupakan
> > eksperimen yang paling penting di abad ke-20. Anda tidak
> > mendapatkannya dalam berita malam. Malah, kecuali Anda
> > biasa membaca jurnal-jurnal ilmiah, Anda mungkin tidak
> > pernah mendengar nama Aspect, sekalipun sementara orang
> > merasa temuannya itu mungkin akan mengubah wajah sains.
> >
> > Aspect bersama timnya menemukan bahwa dalam lingkungan
> > tertentu partikel-partikel subatomik, seperti elektron,
> > mampu berkomunikasi dengan seketika satu sama lain tanpa
> > tergantung pada jarak yang memisahkan mereka. Tidak ada
> > bedanya apakah mereka terpisah 10 kaki atau 10 milyar km
> > satu sama lain.
> >
> > Entah bagaimana, tampaknya setiap partikel selalu tahu apa
> > yang dilakukan oleh partikel lain. Masalah yang
> > ditampilkan oleh temuan ini adalah bahwa hal itu melanggar
> > prinsip Einstein yang telah lama dipegang, yakni bahwa
> > tidak ada
> > komunikasi yang mampu berjalan lebih cepat daripada
> > kecepatan cahaya. Oleh karena berjalan melebihi kecepatan
> > cahaya berarti menembus dinding waktu, maka prospek yang
> > menakutkan ini menyebabkan sementara ilmuwan fisika
> > mencoba menyusun teori yang dapat menjelaskan temuan
> > Aspect. Namun hal itu juga mengilhami sementara ilmuwan
> > lain untuk menyusun teori yang lebih radikal lagi.
> >
> > Pakar fisika teoretik dari Universitas London, David Bohm,
> > misalnya, yakin bahwa temuan Aspect menyiratkan bahwa
> > realitas obyektif itu tidak ada; bahwa sekalipun tampaknya
> > pejal [solid], alam semesta ini pada dasarnya merupakan
> > khayalan, suatu hologram raksasa yang terperinci secara
> > sempurna. Untuk memahami mengapa Bohm sampai membuat
> > pernyataan yang mengejutkan ini, pertama-tama kita harus
> > memahami sedikit tentang hologram. Sebuah hologram adalah
> > suatu potret tiga dimensional yang dibuat dengan sinar
> > laser. Untuk membuat hologram, obyek yang akan difoto
> > mula-mula disinari
> > dengan suatu sinar laser. Lalu sinar laser kedua yang
> > dipantulkan dari sinar pertama ditujukan pula kepada obyek
> > tersebut, dan pola interferensi yang terjadi (bidang
> > tempat kedua sinar laser itu bercampur) direkam dalam
> > sebuah pelat
> > foto.
> >
> > Ketika pelat itu dicuci, gambar terlihat sebagai
> > pusaran-pusaran garis-garis terang dan gelap. Tetapi
> > ketika foto itu disoroti oleh sebuah sinar laser lagi,
> > muncullah gambar tiga dimensional dari obyek semula di
> > situ. Sifat tiga dimensi
> > dari gambar seperti itu bukan satu-satunya sifat yang
> > menarik dari hologram. Jika hologram sebuah bunga mawar
> > dibelah dua dan disoroti oleh sebuah sinar laser,
> > masing-masing belahan itu ternyata masih mengandung gambar
> > mawar itu secara lengkap (tetapi lebih kecil).
> >
> > Bahkan, jika belahan itu dibelah lagi, masing-masing
> > potongan foto itu ternyata selalu mengandung gambar semula
> > yang lengkap sekalipun lebih kecil. Berbeda dengan foto
> > yang biasa, setiap bagian sebuah hologram mengandung semua
> > informasi yang ada pada hologram secara keseluruhan. Sifat
> > "keseluruhan di dalam setiap bagian" dari sebuah hologram,
> > memberikan kepada kita suatu cara pemahaman yang sama
> > sekali baru terhadap organisasi dan order. Selama sebagian
> > besar sejarahnya, sains Barat bekerja di bawah prinsip
> > yang bias, yakni bahwa cara terbaik untuk memahami
> > fenomena fisikal --baik seekor katak atau sebuah atom--
> > adalah dengan memotong-motongnya dan meneliti bagian -
> > bagiannya. Sebuah hologram mengajarkan bahwa beberapa hal
> > dari alam semesta ini mungkin tidak akan terungkap dengan
> > pendekatan itu. Jika kita mencoba menguraikan sesuatu yang
> > tersusun secara holografik, kita tidak akan mendapatkan
> > bagian-bagian yang membentuknya, melainkan kita akan
> > mendapatkan keutuhan yang lebih kecil.
> >
> > Pencerahan ini menuntun Bohm untuk memahami secara lain
> > temuan Aspect. Bohm yakin bahwa alasan mengapa
> > partikel-partikel subatomik mampu berhubungan satu sama
> > lain tanpa terpengaruh oleh jarak yang memisahkan mereka
> > adalah bukan karena mereka mengirimkan isyarat misterius
> > bolak-balik di antara satu sama lain, melainkan oleh
> > karena keterpisahan mereka adalah ilusi. Bohm berkilah,
> > bahwa pada suatu tingkat realitas yang lebih dalam,
> > partikel-partikel seperti itu bukanlah entitas-entitas
> > individual, melainkan merupakan perpanjangan [extension]
> > dari sesuatu yang esa dan fundamental.
> >
> > Agar khalayak lebih mudah membayangkan apa yang
> > dimaksudkannya, Bohm memberikan ilustrasi berikut:
> > Bayangkan sebuah akuarium yang mengandung seekor ikan.
> > Bayangkan juga bahwa Anda tidak dapat melihat akuarium itu
> > secara langsung, dan bahwa pengetahuan Anda tentang
> > akuarium itu beserta apa yang terkandung di dalamnya
> > datang dari dua kamera televisi: yang sebuah ditujukan ke
> > sisi depan akuarium, dan yang lain ditujukan ke sisinya.
> > Ketika Anda menatap kedua layar televisi, Anda mungkin
> > menganggap bahwa ikan yang ada pada masing-masing layar
> > itu adalah dua ikan yang berbeda. Bagaimana pun juga,
> > karena kedua kamera diarahkan dengan sudut yang berbeda,
> > masing-masing gambar ikan itu sedikit berbeda satu sama
> > lain. Tetapi sementara Anda terus memandang kedua ikan
> > itu, akhirnya Anda akan
> > menyadari bahwa ada hubungan tertentu di antara kedua ikan
> > itu.
> >
> > Kalau yang satu berbelok, yang lain juga membuat gerakan
> > yang berbeda tapi sesuai; jika yang satu menghadap kamera,
> > yang lain menghadap ke suatu sisi. Jika Anda tidak
> > menyadari seluruh situasinya, Anda mungkin menyimpulkan
> > bahwa kedua ikan itu saling berkomunikasi secara seketika,
> > tetapi jelas bukan demikian halnya.
> >
> > Menurut Bohm, inilah sesungguhnya yang terjadi di antara
> > artikel-partikel subatomik dalam eksperimen Aspect itu.
> > Menurut Bohm, hubungan yang tampaknya "lebih cepat dari
> > cahaya" di antara partikel-partikel subatomik sesungguhnya
> > mengatakan kepada kita bahwa ada suatu tingkat realitas
> > yang lebih dalam, yang selama ini tidak kita kenal, suatu
> > dimensi yang lebih rumit di luar dimensi kita, dimensi
> > yang beranalogi dengan akuarium itu. Tambahnya, kita
> > memandang obyek-obyek seperti partikel-partikel subatomik
> > sebagai terpisah satu sama lain oleh karena kita hanya
> > memandang satu bagian
> > dari realitas sesungguhnya.
> >
> > Partikel-partikel seperti itu bukanlah "bagian-bagian"
> > yang terpisah, melainkan faset-faset dari suatu kesatuan
> > (keesaan) yang lebih dalam dan lebih mendasar, yang pada
> > akhirnya bersifat holografik dan tak terbagi-bagi seperti
> > gambar
> > mawar di atas. Dan oleh karena segala sesuatu dalam
> > realitas fisikal terdiri dari apa yang disebut
> > "eidolon-eidolon" ini, maka alam semesta itu sendiri
> > adalah suatu proyeksi, suatu hologram. Di samping
> > hakekatnya yang seperti bayangan, alam semesta itu
> > memiliki sifat-sifat lain yang cukup mengejutkan. Jika
> > keterpisahan yang tampak di antara partikel-partikel
> > subatomik itu ilusif, itu berarti pada suatu tingkat
> > realitas yang lebih dalam segala sesuatu di
> > alam semesta ini saling berhubungan secara tak terbatas.
> >
> > Elektron-elektron didalam atom karbon dalam otak manusia
> > berhubungan dengan partikel-partikel subatomik yang
> > membentuk setiap ikan salem yang berenang, setiap jantung
> > yang berdenyut, dan setiap bintang yang berkilauan di
> > angkasa. Segala sesuatu meresapi segala sesuatu; dan
> > sekalipun sifat manusia selalu mencoba memilah-milah,
> > mengkotak-kotakkan dan membagi-bagi berbagai fenomena di
> > alam semesta, semua pengkotakan itu mau tidak mau adalah
> > artifisial, dan segenap alam semesta ini pada akhirnya
> > merupakan suatu jaringan tanpa jahitan.
> >
> > Di dalam sebuah alam semesta yang holografik, bahkan waktu
> > dan ruang tidak dapat lagi dipandang sebagai sesuatu yang
> > fundamental. Oleh karena konsep-konsep seperti lokasi'
> > runtuh di dalam suatu alam semesta yang di situ tidak ada
> > lagi sesuatu yang terpisah dari yang lain, maka waktu dan
> > ruang tiga dimensional --seperti gambar-gambar ikan pada
> > layar-layar TV di atas-- harus dipandang sebagai proyeksi
> > dari order yang lebih dalam lagi.
> >
> > Pada tingkatan yang lebih dalam, realitas merupakan
> > semacam superhologram yang di situ masa lampau, masa kini,
> > dan masa depan semua ada (berlangsung) secara serentak.
> > Ini mengisyaratkan bawah dengan peralatan yang tepat
> > mungkin di masa depan orang bisa menjangkau ke tingkatan
> > realitas superholografik itu dan mengambil adegan-adegan
> > dari masa lampau yang terlupakan.
> >
> > Apakah ada lagi yang terkandung dalam superhologram itu
> > merupakan pertanyaan terbuka. Bila diterima --dalam
> > diskusi ini-- bahwa superhologram itu merupakan matriks
> > yang melahirkan segala sesuatu dalam alam semesta kita,
> > setidak-tidaknya ia mengandung setiap partikel subatomik
> > yang pernah ada dan akan ada -- setiap konfigurasi materi
> > dan energi yang mungkin, dari butiran salju sampai quasar,
> > dari ikan paus biru sampai sinar gamma. Itu bisa dilihat
> > sebagai gudang kosmik dari "segala yang ada".
> >
> > Sekalipun Bohm mengakui bahwa kita tidak mempunyai cara
> > untuk mengetahui apa lagi yang tersembunyi di dalam
> > superhologram itu, ia juga mengatakan bahwa kita tidak
> > mempunyai alasan bahwa superhologram itu tidak mengandung
> > apa-apa lagi. Atau, seperti dinyatakannya, mungkin tingkat
> > realitas superholografik itu "sekadar satu tingkatan",
> > yang di luarnya terletak "perkembangan lebih lanjut yang
> > tak terbatas."
> >
> > Bohm bukanlah satu-satunya peneliti yang menemukan
> > bukti-bukti bahwa alam semesta ini merupakan hologram.
> > Dengan bekerja secara independen di bidang penelitian
> > otak, pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas
> > stanford, juga menerima sifat holografik dari realitas.
> >
> > Pribram tertarik kepada model holografik oleh teka-teki
> > bagaimana dan di mana ingatan tersimpan di dalam otak.
> > Selama puluhan tahun berbagai penelitian menunjukkan bahwa
> > alih-alih tersimpan dalam suatu lokasi tertentu, ingatan
> > tersebar di seluruh bagian otak.
> >
> > Dalam serangkaian penelitian yang bersejarah pada tahun
> > 1920-an, ilmuwan otak Karl Lashley menemukan bahwa tidak
> > peduli bagian mana dari otak tikus yang diambilnya, ia
> > tidak dapat menghilangkan ingatan untuk melakukan
> > tugas-tugas rumit yang pernah dipelajari tikus itu sebelum
> > dioperasi. Masalahnya ialah tidak seorang pun dapat
> > menjelaskan mekanisme ponyimpanan ingatan yang bersifat
> > "semua di dalam setiap bagian" yang aneh ini.
> >
> > Lalu pada tahun 1960-an Pribram membaca konsep holografi
> > dan menyadari bahwa ia telah menemukan penjelasan yang
> > telah lama dicari-cari oleh para ilmuwan otak. Pribram
> > yakin bahwa ingatan terekam bukan di dalam neuron-neuron
> > (sel-sel otak), melainkan di dalam pola-pola impuls saraf
> > yang merambah seluruh otak, seperti pola-pola interferensi
> > sinar laser yang merambah seluruh wilayah pelat film yang
> > mengandung suatu gambar holografik. Dengan kata lain,
> > Pribram yakin bahwa otak itu sendiri merupakan sebuah
> > hologram.
> >
> > Teori Pribram juga menjelaskan bagaimana otak manusia
> > dapat menyimpan begitu banyak ingatan dalam ruang yang
> > begitu kecil. Pernah diperkirakan bahwa otak manusia
> > mempunyai kapasitas mengingat sekitar 10 milyar bit
> > informasi selama masa hidup manusia rata-rata (atau
> > kira-kira sebanyak informasi yang terkandung dalam lima
> > set Encyclopaedia Britannica).
> >
> > Demikian pula telah ditemukan bahwa di samping
> > sifat-sifatnya yang lain, hologram mempunyai kapasitas
> > untuk menyimpan informasi -- hanya dengan mengubah sudut
> > kedua sinar laser itu jatuh pada permukaan pelat film,
> > dimungkinkan untuk merekam banyak gambar berbeda pada
> > permukaan yang sama. Telah dibuktikan bahwa satu
> > sentimeter kubik pelat film dapat menyimpan sebanyak 10
> > milyar bit informasi.
> >
> > Kemampuan mengagumkan dari manusia untuk mengambil
> > informasi yang diperlukan dari gudang ingatan yang amat
> > besar itu dapat lebih dipahami jika otak berfungsi menurut
> > prinsip-prinsip holografik.Jika seorang teman minta Anda
> > mengatakan apa yang terlintas dalam pikiran ketika ia
> > menyebut "zebra", Anda tidak perlu tertatih-tatih
> > melakukan sorting dan mencari dalam suatu file alfabetis
> > raksasa dalam otak untuk sampai kepada suatu jawaban.
> > Alih-alih, berbagai asosiasi seperti "bergaris-garis",
> > "macam kuda", dan "binatang dari Afrika" semua muncul di
> > kepala Anda dengan seketika.
> >
> > Sesungguhnya, salah satu hal paling mengherankan tentang
> > proses berpikir manusia adalah bahwa setiap butir
> > informasi tampaknya dengan seketika berkorelasi-silang
> > dengan setiap butir informasi lain-- ini merupakan sifat
> > intrinsik dari hologram. Oleh karena setiap bagian dari
> > hologram saling berhubungan secara tak terbatas satu sama
> > lain, ini barangkali merupakan contoh terbaik dari alam
> > tentang suatu sistem yang saling berkorelasi.
> >
> > Penyimpanan ingatan bukan satu-satunya teka-teki
> > neurofisiologis yang lebih dapat dijelaskan dengan model
> > otak holografik Pribram. Teka-teki lain adalah bagaimana
> > otak mampu menerjemahkan serbuan frekuensi-frekuensi yang
> > iterimanya melalui pancaindra (frekuensi cahaya, frekuensi
> > suara, dan sebagainya) menjadi dunia konkrit dari persepsi
> > manusia. Merekam dan menguraikan kembali frekuensi adalah
> > sifat terunggul dari sebuah hologram. Seperti hologram
> > berfungsi sebagai semacam lensa, alat yang menerjemahkan
> > frekuensi-frekuensi kabur yang tak berarti menjadi suatu
> > gambar
> > yang koheren, Pribram yakin bahwa otak juga merupakan
> > sebuah lensa yang menggunakan prinsip-prinsip holografik
> > untuk secara matematis mengubah frekuensi-frekuensi yang
> > diterimanya melalui pancaindra menjadi persepsi di dalam
> > batin kita.
> >
> > Sejumlah bukti yang mengesankan mengisyaratkan bahwa otak
> > menggunakan prinsip-prinsip holografik untuk menjalankan
> > fungsinya. Sesungguhnya, teori Pribram makin diterima di
> > kalangan pakar neurofisiologi. Peneliti argentina-Italia,
> > Hugo Zucarelli, baru-baru ini memperluas model holografik
> > ke dalam fenomena akustik. Menghadapi teka-teki bahwa
> > manusia dapat menetapkan sumber suara tanpa menggerakkan
> > kepalanya, bahkan jika mereka hanya memiliki pendengaran
> > pada satu telinga saja, Zucarelli menemukan
> > prinsip-prinsip holografik dapat menjelaskan kemampuan
> > ini.
> >
> > Zucarelli juga mengembangkan teknologi suara holofonik,
> > suatu teknik perekaman yang mampu mereproduksi suasana
> > akustik dengan realisme yang mengagumkan.
> >
> > Keyakinan Pribram bahwa otak kita secara matematis
> > membangun realitas "keras" dengan mengandalkan diri pada
> > masukan dari suatu domain frekuensi juga telah mendapat
> > dikungan sejumlah eksperimen.
> >
> > Telah ditemukan bahwa masing-masing indra kita peka
> > terhadap suatu bentangan frekuensi yang jauh lebih lebar
> > daripada yang dianggap orang sebelum ini. Misalnya, para
> > peneliti telah menemukan bahwa sistem penglihatankita peka
> > terhadap frekuensi suara, bahwa indra penciuman kita
> > sebagian bergantung pada apa yang sekarang dinamakan
> > "frekuensi
> > osmik", dan bahkan sel-sel tubuh kita peka terhadap suatu
> > bentangan luas frekuensi. Temuan-temuan seperti itu
> > menandakan bahwa hanya di dalam domain kesadaran
> > holografik saja frekuensi- frekuensi seperti itu
> > dipilah-pilah dan dibagi-bagi menjadi persepsi
> > konvensional.
> >
> > Tetapi aspek yang paling membingungkan dari model otak
> > holografik Pribram adalah apa yang terjadi apabila model
> > itu dipadukan dengan teori Bohm. Oleh karena, bila
> > kekonkritan alam semesta ini hanyalah realitas sekunder
> > dan bahwa apa yang ada "di luar sana" sesungguhnya
> > hanyalah kekaburan frekuensi holografik, dan jika otak
> > juga sebuah hologram dan hanya memilih beberapa saja dari
> > frekuensi-frekuensi yang kabur dan secara matematis
> > mengubahnya menjadi persepsi sensorik, apa jadinya dengan
> > realitas yang obyektif?
> >
> > Secara sederhana, realias obyektif itu tidak ada lagi.
> > Seperti telah lama dinyatakan oleh agama-agama dari Timur,
> > dunia materi ini adalah Maya, suatu ilusi, dan sekalipun
> > kita mungkin berpikir bahwa kita ini makhluk fisikal yang
> > bergerak di dalam dunia fisikal, ini juga suatu ilusi.
> >
> > Kita ini sebenarnya adalah "pesawat penerima" yang
> > mengambang melalui suatu lautan frekuensi kaleidoskopik,
> > dan apa yang kita ambil dari lautan ini dan terjemahkan
> > menjadi realitas fisikal hanyalah satu channel saja dari
> > sekian banyak yang diambil dari superhologram itu.
> >
> > Gambaran realitas yang baru dan mengejutkan ini, yakni
> > sintesis antara pandangan Bohm dan Pribram, dinamakan
> > paradigma holografik, dan sekalipun banyak ilmuwan
> > memandangnya secara skeptik, paradigma itu menggairahkan
> > sementara ilmuwan lain. Suatu lingkungan kecil ilmuwan
> > --yang jumlahnya makin bertambah-- percaya bahwa paradigma
> > itu merupakan model realitas yang paling akurat yang
> > pernah dicapai sains. Lebih dari itu, sementara kalangan
> > percaya bahwa itu dapat memecahkan beberapa misteri yang
> > selama ini belum dapat dijelaskan oleh sains, dan bahkan
> > dapat menegakkan hal-hal paranormal sebagai bagian dari
> > alam. Banyak peneliti, termasuk Bohm dan Pribram, mencatat
> > bahwa banyak fenomena para-psikologis menjadi lebih dapat
> > dipahami dalam kerangka paradigma holografik.
> >
> > Dalam suatu alam semesta yang di situ otak individu
> > sesungguhnya adalah bagian yang tak terbagi dari hologram
> > yang lebih besar dan segala sesuatu saling berhubungan
> > secara tak terbatas, maka telepati mungkin tidak lebih
> > dari sekadar mengakses tingkat holografik itu. Jelas itu
> > jauh lebih mudah dapat memahami bagaimana informasi dapat
> > berpindah dari batin individu A kepada batin individu B
> > yang berjauhan, dan memahami sejumlah teka-teki yang belum
> > terpecahkan dalam psikologi. Khususnya, Grof merasa bahwa
> > paradigma holografik menawarkan model untuk memahami
> > banyak fenomena membingungkan yang dialami orang dalam
> > keadaan "kesadaran yang berubah" [altered states of
> > consciousness].
> >
> > Pada tahun 1950-an, ketika melakukan penelitian terhadap
> > anggapan bahwa LSD adalah alat penyembuhan psikoterapi,
> > Grof mempunyai seorang pasien wanita yang tiba-tiba merasa
> > yakin bahwa dia mempunyai identitas seekor reptil betina
> > prasejarah. Selama halusinasinya, dia tidak hanya
> > menguraikan secara amat mendetail tentang bagaimana
> > rasanya terperangkap dalam wujud seperti itu, melainkan
> > juga mengatakan bahwa bagian anatomi binatang jantan
> > adalah sepetak sisik berwarna pada sisi kepalanya.
> >
> > Yang mengejutkan Grof ialah bahwa, sekalipun wanita itu
> > sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentan hal-hal itu,
> > suatu percakapan dengan seorang ahli zoologi belakangan
> > menguatkan bahwa pada beberapa spesies reptilia tertentu
> > bagian-bagian berwarna dari kepala memainkan peran penting
> > untuk membangkitkan birahi.
> >
> > Pengalaman wanita itu bukan sesuatu yang unik. Selama
> > penelitiannya, Grof bertemu dengan pasien-pasien yang
> > mengalami regresi dan mengenali dirinya sebagai salah satu
> > spesies dalam deretan evolusi. Tambahan pula, ia mendapati
> > bahwa pengalaman-pengalaman seperti itu sering kali
> > mengandung informasi zoologis yang jarang diketahui yang
> > belakangan ternyata akurat.
> >
> > Regresi ke dalam dunia binatang bukanlah satu-satunya
> > fenomena psikologis yang menjadi teka-teki yang ditemukan
> > Grof. Ia juga mempunyai pasien-pasien yang tampak dapat
> > memasuki alam bawah sadar kolektif atau rasial.
> > Orang-orang yang tidak terdidik tiba-tiba memberikan
> > gambaran yang terperinci tentang praktek penguburan
> > Zoroaster dan adegan-adegan dari mitologi Hindu. Jenis
> > pengalaman yang lain adalah orang-orang yang emberikan
> > uraian yang meyakinkan tentang perjalanan di luar tubuh,
> > atau melihat sekilas masa depan yang akan terjadi, atau
> > regresi ke dalam inkarnasi dalam salah satu kehidupan
> > lampau.
> >
> > Dalam riset-riset lebih lanjut, Grof menemukan bentangan
> > fenomena yang sama muncul dalam sesi-sesi terapi yang
> > tidak menggunakan obat-obatan [psikotropika]. Oleh karena
> > unsur yang sama dalam pengalaman-pengalaman seperti itu
> > tampaknya adalah diatasinya kesadaran individu yang
> > biasanya dibatasi oleh ego dan/atau dibatasi oleh ruang
> > dan waktu, Grof menyebut fenomena itu sebagai "pengalaman
> > transpersonal", dan pada akhir tahun 1960-an ia membantu
> > mendirikan cabang psikologi yang disebut "psikologi
> > transpersonal" yang sepenuhnya mengkaji
> > pengalaman-pengalaman seperti itu.
> >
> > Sekalipun perhimpunan yang didirikan oleh Grof,
> > Perhimpunan Psikologi Transpersonal [Association of
> > Transpersonal Psychology], menghimpun sekelompok
> > profesional yang jumlahnya semakin bertambah, dan telah
> > menjadi cabang psikologi yang terhormat [di kalangan
> > sains], selama bertahun-tahun Grof maupun rekan-rekannya
> > tidak dapat memberikan suatu mekanisme yang dapat
> > menjelaskan berbagai fenomena psikologis aneh yang mereka
> > aksikan. Tetapi semua itu berubah dengan lahirnya
> > paradigma holografik.
> >
> > Sebagaimana dicatat Grof baru-baru ini, jika batin memang
> > bagian dari suatu kontinuum, suatu labirin yang
> > berhubungan bukan hanya dengan setiap batin lain yang ada
> > dan yang pernah ada, melainkan berhubungan pula dengan
> > setiap atom, organisme, dan wilayah di dalam ruang dan
> > waktu yang luas itu sendiri, maka fakta bahwa batin
> > kadang-kadang bisa menjelajah ke dalam labirin itu dan
> > mengalami hal-hal transpersonal tidak lagi tampak begitu
> > aneh.
> >
> > Paradigma holografik juga mempunyai implikasi bagi
> > sains-sains "keras" seperti biologi. Keith Floyd, seorang
> > psikolog di Virginia Intermont College, mengatakan bahwa
> > jika realitas yang konkrit tidak lebih dari sekadar ilusi
> > holografik, maka tidak benar lagi pernyataan yang
> > mengklaim bahwa otak menghasilkan kesadaran. Alih-alih,
> > justru kesadaranlah yang menciptakan perwujudan dari otak
> > -- termasuk juga tubuh dan segala sesuatu di sekitar kita
> > yang kita tafsirkan sebagai fisikal.
> >
> > Pembalikan cara melihat struktur-struktur biologis seperti
> > itu menyebabkan para peneliti mengatakan bahwa ilmu
> > kedokteran dan pemahaman kita mengenai proses penyembuhan
> > juga dapat mengalami transformasi berkat paradigma
> > holografik ini. Jika struktur yang tampaknya fisikal dari
> > badan ini tidak lain daripada proyeksi holografik dari
> > kesadaran, maka jelas bahwa asing-masing dari kita jauh
> > lebih bertanggung-jawab bagi kesehatan diri kita daripada
> > yang dinyatakan oleh pengetahuan kedokteran masa kini. Apa
> > yang sekarang kita lihat sebagai penyembuhan penyakit yang
> > bersifat "mukjizat" mungkin sesungguhnya disebabkan oleh
> > perubahan-perubahan dalam kesadaran yang pada gilirannya
> > mempengaruhi perubahan-perubahan dalam hologram badan
> > jasmani.
> >
> > Demikian pula, teknik-teknik penyembuhan baru yang
> > kontroversial, seperti visualisasi, mungkin berhasil baik
> > oleh karena dalam domain pikiran yang holografik
> > gambar-gambar pada akhirnya sama nyatanya dengan
> > "realitas".
> >
> > Bahkan berbagai visiun dan pengalaman yang menyangkut
> > realitas yang "tidak biasa" dapat dijelaskan dengan
> > paradigma holografik. Dalam bukunya "Gifts of Unknown
> > Things", pakar biologi Lyall Watson menceritakan
> > pertemuannya dengan seorang dukun perempuan Indonesia
> > yang, dengan melakuan semacam tarian ritual, mampu
> > melenyapkan sekumpulan pepohonan. Watson mengisahkan,
> > sementara ia dan seorang pengamat lain terus memandang
> > perempuan itu dengan takjub, ia membuat pepohonan itu
> > muncul kembali, lalu melenyapkannya dan memunculkannya
> > lagi beberapa kali berturut - turut.
> >
> > Sekalipun pemahaman saintifik masa kini tidak mampu
> > menjelaskan peristiwa-peristiwa seperti itu, berbagai
> > pengalaman seperti ini menjadi lebih mungkin jika realitas
> > "keras" tidak lebih dari sekadar proyeksi holografik.
> >
> > Mungkin kita sepakat tentang apa yang "ada" atau "tidak
> > ada" oleh karena apa yang disebut "realitas konsensus" itu
> > dirumuskan dan disahkan di tingkat bawah sadar manusia,
> > yang di situ semua batin saling berhubungan tanpa
> > terbatas.
> >
> > Jika ini benar, maka ini adalah implikasi paling dalam
> > dari paradigma holografik, oleh karena hal itu berarti
> > bahwa pengalaman-pengalaman sebagaimana dialami oleh
> > Watson adalah tidak lazim hanya oleh karena kita tidak
> > memprogram batin kita dengan kepercayaan-kepercayaan yang
> > membuatnya lazim. Di dalam alam semesta yang holografik,
> > tidak ada batas bagaimana kita dapat mengubah bahan-bahan
> > realitas.
> >
> > Yang kita lihat sebagai 'realitas' hanyalah sebuah kanvas
> > yang menunggu kita gambari dengan gambar apa pun yang kita
> > inginkan. Segala sesuatu adalah mungkin, mulai dari
> > kelengkungkan sendok dengan kekuatan batin sampai
> > peristiwa-peristiwa fantastik yang dialami oleh Castaneda
> > selama pertemuannya dengan dukun Indian bangsa Yaqui, Don
> > Juan, oleh karena sihir adalah hak asasi kita, tidak lebih
> > dan tidak kurang adikodratinya daripada kemampuan kita
> > menghasilkan realitas yang kita inginkan etika kita
> > bermimpi.
> >
> > Sesungguhnya, bahkan paham-paham kita yang paling mendasar
> > tentang realitas patut dipertanyakan, oleh karena di dalam
> > alam semesta holografik, sebagaimana ditunjukkan oleh
> > ribram, bahkan perisitiwa yang terjadi secara acak
> > [random] harus dilihat sebagai berdasarkan prinsip
> > holografik dan oleh karena itu bersifat determined.
> > 'Sinkronisitas' atau peristiwa-peristiwa kebetulan yang
> > bermanfaat, tiba-tiba masuk akal, dan segala sesuatu dalam
> > realitas harus dilihat sebagai metafora, oleh karena
> > bahkan peristiwa yang paling kacau mengungkapkan suatu
> > simetri tertentu yang mendasarinya.
> >
> > Apakah paradigma holografik Bohm dan Pribram akan diterima
> > oleh sains atau tenggelam begitu saja masih akan kita
> > lihat, tetapi pada saat ini agaknya dapat dikatakan bahwa
> > paradigma itu telah berpengaruh terhadap pemikiran
> > sejumlah ilmuwan. Dan bahkan jika kelak terbukti bahwa
> > model holografik tidak memberikan penjelasan terbaik bagi
> > komunikasi seketika yang tampaknya berlangsung bolak-balik
> > di antara partikel-partikel subatomik, setidak-tidaknya,
> > sebagaimana dinyatakan oleh Basil Hiley, seorang pakar
> > fisika di Birbeck College di London, temuan Aspect
> > "menunjukkan bahwa kita harus siap mempertimbangkan
> > paham-paham baru yang radikal mengenai realitas."
> >

Tidak ada komentar: